MENYEMBUNYIKAN AYAT ALLAH
Oleh: Ust. DR. Ahzami Sami'un Jazuli

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan Allah yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. (QS. 2:174).

Pada ayat ini kita mendapatkan penjelasan tentang adanya orang yang menyembunyikan kebenaran yang diturunkan Allah, dan menjual di hadapan manusia dengan harga yang murah. Apa saja yang diharamkan Allah pada ummat Islam sekarang ini, pada dasarnya itu juga telah dilarang Allah pada kitab-kitab sebelumnya yaitu Taurat dan Injil yang diturunkan kepada Ahli Kitab. Tetapi ketika Allah mengatakan sesuatu itu halal, sebagian orang-orang ahli kitab itu merubahnya dan mangatakannya sebagai haram di hadapan manusia. Jadi mereka suka merubah perkataan Allah hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri. Inilah yang dimaksud dengan orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah.

Apa tujuan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) menyembunyikan keterangan-keterangan Allah tersebut ? Tujuannya adalah at-tasykik (membuat ragu) ummat Islam pada ajaran yang dipeluknya yaitu Islam. Orang-orang dari golongan Ahli Kitab tersebut selalu mengembangkan cara-cara yang sesuai dengan perkembangan jaman, untuk selalu berusaha agar ummat Islam ragu terhadap ajaran Islam sendiri. Ketika Allah mengatakan sesuatu hukumnya halal, mereka dengan berbagai cara berusaha menanamkan pemahaman bahwa hal tersebut hukumnya haram. Sebaliknya, ketika Allah menetapkan bahwa sesuatu itu haram dan harus benar-benar dijauhi, mereka berusaha bersilat lidah dan mengolah kata agar ummat Islam melanggarnya karena orang-orang ahli kitab itu mengatakan halal. 

Jadi mereka selalu mengatakan sesuatu yang kontradiksi dengan nilai-nilai kebenaran yang ditetapkan Allah SWT. Kalau kita teliti, pemikiran para orientalis itu selalu berusaha membuat ummat Islam meragukan Islam. Yang diangkat pertama adalah masalah perang. Mereka mengatakan "Islam itu ekstrim..., lihat saja simbulnya adalah pedang. Islam itu disebarkannya dengan pedang". Orang-orang Islam yang termakan perkataan para orientalis ini kemudian menyangka Islam dengan perkataan yang bukan-bukan. Dalam masalah lain mereka bilang "Ala... Islam itu doyan kawin, Nabinya saja isterinya empat". Yang lain lagi mengatakan "A.. Islam itu mengurung wanita agar tidak bisa keluar rumah". Dan sebagainya.

Tidak ketinggalan pula perkataan "Dalam Islam itu tidak ada daulah. Lihat saja pada Al-Qur'an... tidak ada perkataan Aqiimud daulata fil Islam, tidak ada perkataan itu". Mereka yang mengatakan seperti ini bukannya tidak tahu bahwa apa yang diungkapkannya itu salah. Mereka sengaja mengungkapkan hal itu agar orang-orang Islam yang pemahaman Islamnya kurang, akan meragukan Islam itu sendiri. Kita tahu bahwa terjemahan nyata dari Al-Qur'an adalah apa yang ada pada diri Rasulullah. Untuk masalah apapun teladan kita adalah Rasulullah. Untuk masalah Negara Islam ini jelas-jelas Rasulullah melaksanakannya dalam pemerintahan beliau. Kalau kita perhatikan di jaman Rasulullah SAW memerintah, Rasulullah bertindak sebagai Kepala Negara, para shohabat sebagai tentaranya, wilayahnya adalah Madinah dan sekitarnya, hubungan luar negerinya juga ada yang dibuktikan dengan adanya surat-surat yang dikirimkan ke negara lain agar mereka masuk Islam. Kalau ada pemimpin, ada rakyat, ada pemerintahan, ada hukum-hukumnya itu apa namanya? Bukankah itu negara? Bukankah esensi negara itu ada pemimpin, ada rakyat, ada wilayah, ada hukum, dan ada hubungan luar negeri? Itulah negara. Orang-orang orientalis itu bukannya tidak tahu hal ini. 

Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita ummat Islam untuk meragukan apapun yang ada pada Islam. Allah sendiri yang menjamin bahwa satu-satunya din di sisi Allah adalah Islam, seperti pada firmanNya :Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. 3:19)

Namun walaupun Allah menjamin sedemikian rupa, orang-orang itu tetap mengatakan bahwa tidak ada negara Islam hanya dengan argumentsi bahwa dalam Al-Qur'an tidak ada perkataan Aqimud daulah. Tidak mungkin dalam Al-Qur'an itu dirinci satu per satu hal-hal di dunia ini. Ini semua dilakukan oleh musuh-musuh Islam itu untuk lit-tasykik (untuk meragukan). Mereka adalah murid-muridnya Yahudi, yang selalu berupaya mensukseskan gerakan zionisme internasional. Dan semua itu bukan hal yang baru, karena dalam Al-Qur'an sudah ada.

Kalau kita pahami lebih jauh tentang ayat ini, memang benar bahwa ayat ini ditujukan kepada Ahli Kitab.Tetapi jangkauannya juga kepada orang-orang Islam yang pemikirannya sama dengan mereka. Ayat ini ditujukan juga kepada orang-orang Islam yang tahu benar tentang kebenaran tetapi menyembunyikannya. Kenapa ada orang Islam yang melakukan ini? Diantara sebabnya adalah takut kepentingannya hilang jika mengatakan kebenaran itu. Orang-orang yang menyembunyikan kebenaran ketika ada orang bertanya, mereka khawatir kalau kebenaran itu diungkapkan, yang bertanya kurang puas sehingga tidak memakai dirinya lagi. Jadi orang yang menjawab cenderung menyembunyikan kebenaran yang diketahuinya agar dirinya tetap "dipakai".

Kalau ada orang Islam, baik itu mahasiswa, atau orang biasa, atau ustadz, kalau dia tahu tentang kebenaran tetapi tidak mematuhinya, atau menyembunyikan keislamannya untuk kepentingan pribadi, maka adzabnya di akherat kelak sama dengan ahli kitab yang berperilaku demikian. Orang Islam yang seperi itu watak yang dimilikinya bukan watak orang Islam, tetapi watak orang kafir. Kita harus selalu ingat firman Allah pada ayat 123 dalam Qs. An-Nisa itu penting sekali. Di sana Allah mengatakan : (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (QS. 4:123).

Ayat ini sangat penting karena masih banyak orang yang mengatakan bahwa yang mendapat ancaman Allah itu hanya orang kafir saja. Pada ayat 123 Qs. An-Nisa ini membantah anggapan itu. Kalau kita melakukan perbuatan orang kafir, maka adzab yang ditimpakan Allah sama dengan yang ditimpakan kepada orang kafir itu. Tidak ada basa-basi dalam Islam. Ini harus benar-benar kita pahami agar tidak ada pemahaman yang juz'i, tidak ada pemahaman yang parsial, dalam memahami Islam. Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa ada orang menjual ayat Allah dengan harga yang murah. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana jika seandainya ayat tersebut dijual dengan harganya tidak murah? Bagaimana jika dijual dengan harga sekian milyar ? Ayat ini tidak termasuk ayat yang boleh di-mafhum mukholafah-i. Pada dasarnya berapapun dunia, bahkan seluruh isi dunia, jika dibandingkan dengan akhirat atau kerugian yang diderita di akhirat, tetap saja qolil.

Sanksi yang ditimpakan Allah kepada orang yang menjual ayat Allah adalah:

PERTAMA (mereka itu sebenarnya tidak memakan ke dalam perutnya melainkan api). 
Kata ahli bahasa dalam tafsir lughoh, perkataan Ulaaika (mereka itu) yang dipergunakan pada ayat ini adalah isim isyaroh. Penggunaan isim isyaroh ini menunjukkan bahwa orang yang mempergunakan jelas dan perangainya pun jelas. Isim isyaroh itu termasuk isim ma'rifat. Maknanya adalah bahwa ketika disebut "mereka itu", tanpa disebut namanya juga sudah jelas. Orang-orang yang berani makan barang haram itu "seolah-olah" dia makan api. Di dunia mereka itu hanya "seolah-olah" makan api neraka. Sedangkan kalau di akhirat bukan lagi "seolah-olah", tetapi memang demikian. Jika ada orang yang ketika di dunia suka makan yang haram, maka di akhirat makannya juga makanan haram tersebut yang telah berwujud api. Orang yang ketika di dunianya memakan barang haram, di akhirat mereka masuk neraka, yang pakaiannya, makanannya, minumannya, semuanya adalah an-nar (api).

KEDUA (dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat).
Berbicaranya Allah dengan hambanya di akherat merupakan penghargaan yang paling besar kepada hambaNya. Sebaliknya ketika Allah tidak berbicara kepada orang-orang kafir, ini merupakan siksa yang paling besar. Allah mengatakan :Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat. (QS. 75:22-23). 
Sedangkan bagi orang kafir Allah mengatakan: Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka. (QS. 83:15). Ini adalah siksa Allah yang terbesar bagi orang kafir, yang tidak bisa melihat Allah di akherat kelak.

KETIGA, (dan tidak mensucikan mereka)
Orang-orang yang menjual ayat Allah ini, mereka bergelimang dengan kotoran. Allah tidak akan membersihkan mereka dan akan disiksa dalam neraka.

KEEMPAT (dan bagi mereka siksa yang amat pedih).
Kalau kita perhatikan sanksi bagi orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah ini demikian berat. Akankah kita termasuk orang yang menyembunyikan ayat Allah?