Urgensi
Qudwah dalam da'wah
oleh Abdullah
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah
(Al-Ahzab:21)
Ar-Rasul qudwatuna. Itulah ungkapan yang sering kita dengar. Rasulullah
saw adalah tauladan kita. Beliau memang pantas menjadi panutan kita. Dalam
masalah apa saja, baik ibadah, akhlaq, da'wah, jihad maupun masalah dunia.
Jika kita mengamati kehidupan beliau yang agung, akan nampak jelas nilai-nilai
qudwah (keteladanan). Seluruh sisi dalam hidup beliau dapat dijadikan contoh.
Namun tidak semua manusia mau berqudwah kepada beliau. Pada ayat di atas
Allah menyebut tiga karakteristik pengikut Rasulullah saw yang setia. Setiap
da'i yang ingin berqudwah kepada beliau mesti memiliki keinginan yang kuat
untuk mengharap rahmat Allah dan hari akhir serta mengisi hari-hari dakwahnya
dengan banyak dzikrullah.
Seorang da'i sejati akan mencoba merefleksikan segala tindakan Rasulullah
pada dirinya. Ia akan menjadi qudwah bagi obyek da'wahnya. Ketika ia mengatakan
"kerjakan" kepada mad'unya(orang yg diseruhnya), dirinyalah yang pertama
kali mengerjakannya. Demikian pula terhadap apa-apa yang ia larang, terlebih
dahulu akan ia jauhi. Bagi sang mad'u, kesesuaian antara perkataan dan
perbuatan akan menambah keyakinannya terhadap apa yang disampaikan. Sang
mad'u akan memahami bahwa materi da'wah yang diterimanya bukanlah khayalan
belaka tetapi manhaj yang aplikatif. Lagipula ajaran Islam akan mudah difahami
jika telah dikerjakan.
Andai para da'i tidak memperhatikan masalah qudwah di dalam berda'wah,
effek negatif yang ditimbulkan amat berbahaya baik bagi sang da'i, mad'u
maupun da'wah itu sendiri. Bagaimana nasib da'wah jika sang da'i melanggar
ucapannya sendiri? Apa jadinya jika seorang da'i malas melakukan shalat
berjama'ah di masjid, jarang berinfaq atau tidak menjaga pandangan mata?
Akankah muncul qudwah hasanah (contoh yang baik) di hadapan mad'u jika
seorang yang mengaku da'i dengan mudahnya berganti profesi? Hari ini berceramah
lalu esoknya menjadi pelawak. Lusa menjadi artis dan esoknya lagi menjadi
bintang film lalu berceramah lagi. Begitu terus menerus tanpa merasa bersalah.
Di sinilah letak urgensi qudwah dalam da'wah. Qudwah adalah sarana yang
paling ampuh dalam menyampaikan da'wah. ia memiliki pengaruh yang paling
besar dan paling effektif untuk membawa manusia ke jalan kebaikan. Bahkan
ia melebihi sarana lain seperti ucapan. Sebuah ungkapan menyatakan, perbuatan
satu orang di hadapan sepuluh orang jauh lebih berpengaruh daripada perkataan
sepuluh orang di hadapan satu orang.Dengan menyadari urgensinya, wajarlah
jika ada sebuah prinsip al-qudwah qablah ad-da'wah. Keteladananlah
yang harus ditunjukkan sebelum terjun berda'wah secara penuh. Prinsip inilah
yang mesti ditanam pertama kali oleh setiap da'i agar da'wahnya mencapai
kesuksesan.
Fadhilah Qudwah
Setidaknya ada lima macam keutamaan yang dihasilkan dari da'wah bil
qudwah:
pertama, da'wah yang nyunah.
Qudwah melukiskan adanya kesesuaian dengan da'wah Rasulullah. Sebagaimana
yang kita fahami, qudwah yang menjadi satu ciri da'wah beliau mampu memikat
hati para shahabat untuk tetap setia bersamanya. Kita akan mencoba melihat
pada satu segi ajaran Islam yaitu akhlaq. Da'wah Islam selalu berinteraksi
dengan nilai-nilai akhlaq. Diutusnya Rasulullah tidak lain untuk mengurusi
masalah ini. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya aku
di utus untuk menyempurnakan akhlaq.Lalu, bagaimana beliau membina
akhlaq para shahabat? Mungkinkah para shahabat memiliki akhlaq yag terpuji
jika Rasulullah tidak? jawabnya amat jelas Allah sendiri memberikan pernyataan
yang tegas. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar
berakhlaq yang agung. (Al-Qalam:4)
Ketika Ummul Mukminin Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah, ia menjawab,"Akhlaq
beliau adalah Al-Qur'an". Rasulullah ibarat al-Qur'an yang berjalan karena
nilai-nilai akhlaq telah teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Jelaslah
bahwa dengan qudwah RAsulullah berhasil membina akhlaq para shahabatnya
itu. Jika para da'i memiliki qudwah hasanah, pada hakikatnya ia sedang
menghidupkan sebuah sunnah Rasul yang besar, sangat besar pahalanya yang
disediakan untuknya. Lebih dari itu da'wah dengan qudwah akan diridhai
Allah swt.
kedua, memberikan keyakinan yang mantap
kepada sang da'i terhadap apa yang ia da'wahkan.
Qudwah yang ditampilkan sang da'i membuktikan bahwa da'i tersebut meyakini
sepenuhnya apa yang ia da'wahkan. Jika seorang da'i belum mengerjakan apa-apa
yang ia katakan, boleh jadi ia belum memahami ucapannya sendiri. KEtika
misalnya seorang da'i mengatakan bahwa orang yang gemar berinfaq akan disayang
Allah sementara dirinya malas berinfaq, mungkin sekali ia tidak meyakini
kebenaran ucapannya itu. Atau karena imannya sedang turun. Namun jika da'i
tadi rajin berinfaq, itu menandakan ia membenarkan ucapannya sendiri.
ketiga, memberikan pengaruh yang kuat
bagi mad'u.
Tatkala mad'u melihat da'inya rajin berinfaq,
hal itu akan memberikan kesan yang kuat, sang mad'u akan berkesimpulan,
ucapan da'i itu memang benar. Buktinya ia sendiri menunaikannya. Dari kesimpulannya
itu, sang mad'u akan tergerak untuk mengikuti perbuatan da'inya. Namun
tak jarang kita temui perbuatan para da'i yang menyalahi ucapannya. Jika
sang da'i malah mengakrabi ikhtilat, bagaimana mungkin sang mad'u akan
menjauhinya? Ketika sutau hari sang da'i menyuruh agar menghindar ikhtilat,
mad'u hanya berkesimpulan pendek. Bisanya cuma ngomong.....Hasilnya dapat
ditebak, mad'u akan kehilangan rasa tsiqah (percaya) kepada da'i sekaligus
figur teladan.
Ibarat peribahasa, kalau guru kencing berdiri
maka murid kencing berlari. Begitulah yang terjadi jika tidak ada keteladanan.
Jangan heran jika banyak murid sekolah dengan tenang merokok di dalam lingkungan
sekolah. Mengapa? KArena gurunya sendiri merokok meski tidak pernah menyuruh
muridnya untuk merokok.
keempat, membuktikan
bahwa Islam adalah manhaj yang aplikatif.
Adanya qudwah membuktikan bahwa tidak sulit melaksanakan
ajaran Islam. Islam bukanlah manhaj teoritis semata-mata. Qudwah justru
membawa konsep kepada aplikasi. Dari perkataan kepada perbuatan. Pada waktu
yang sama ia merupakan ajakan yang disertai dengan dalil dan bukti kemungkinannya
untuk dilaksanakan. Berapa banyak kita temui teori-teori kehidupan yang
telah mati dan lenyap. Itu disebabkan karena teori itu tidak memiliki unsur-unsur
kemungkinan untuk dilaksanakan. Sementara orang-orang yang diseru tidak
menemukan manusia yang memberikan contoh teladan.
Ajaran sosialis-komunis misalnya, kini tengah
menghadapi masa sekarat. Ajaran ini masih hidup di China hanyalah karena
ada dukungan kuat militer. Andai tak didukung, segera saja musnah dari
permukaan bumi karena memiliki banyak kerapuhan. Satu sisi saja, bagaimana
mungkin seluruh rakyat diatur untuk memiliki harta kekayaan yang sama.
Sebaliknya para petinggi dan pemimpin sosialis justru hidup dalam kemewahan.
Amat kontras dengan rakyatnya. Maka adakah keteladanan di dalam ajaran
sosialis-komunis? Islam adalah manhaj yang sesuai dengan fitrah manusia.
Maka Islam adalah manhaj yang dapat dilaksanakan untuk kesejahteraan hidup
manusia. Di saming itu telah ada contoh teladan sepanjang masa yaitu RAsulullah
saw.
kelima, terhindar
dari murka dan adzab Allah
Allah amat mengecam orang -orang yang hanya berbicara
tanpa mampu berbuat. Firman Allah: Hai orang-orang
yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan. (ash-Shaff:2-3)
Sasaran ayat di atas ditujukan kepada orang-orang
yang beriman, termasuk da'i. Allah sangat mengecam da'i-da'i yang hanya
pandai berbicara. Hanya dapat memerintahkan shalat tanpa mampu menegakkannya.
Bahkan hanya mampu meneriakkan slogan ukhuwah tanpa memenuhi hak dan kewajibannya.
Kaum Bani Israil pernah melakukan hal serupa.
Kasus ini diabadikan al-Qur'an: Mengapa kamu
menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaktian sedangkan kamu melupakan (kewajiban)
dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu
berfikir? (al-Baqarah:44)
Bahkan da'i yang berperilaku demikian memiliki
peluang untuk masuk ke dalam neraka. Nau'udzubillah min dzalik. Rasulullah
bersabda: Seseorang didatangkan di hari qiamat kemudian dilemparkan ke
dalam neraka. Maka keluarlah usus perutnya lalu berputar-putar di dalam
neraka seperti keledai yang berputar mengelilingi penggilingan.
Berkumpullah penghuni neraka kepadanya lalu bertanya:
Hai Fulan, apa yang terjadi pada dirimu, bukankah engkau dahulu menyuruh
kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia menjawab: Benar, dahulu aku menyuruh
kebaikan tetapi aku tidak mengerjakannya. Dan aku menyuruh mencegah kemungkaran
tetapi aku tidak mengerjakannya. (HR Bukhari Muslim)
Itulah ancaman bagi da'i yang terlalu gegabah.
Maka jalan untuk menghindarinya adalah dengan menyesuaikan antara perkataan
dan perbuatan. Diiringi pula dengan taubat dan istighfar jika pernah melakukannya.
Sesungguhnya da'wah tanpa qudwah akan membawa kegagalan. Keberhasilan da'wah
hanya dicapai dengan qudwah. Rasulullah telah membuktikannya.
Jalan menuju Qudwah
Jika setiap da'i telah menyadari urgensi qudwah,
iapun mesti mengetahui jalan menuju qudwah. Setidaknya ada sembilan point
yang mesti dikerjakan.
pertama, menjaga
kesesuaian antara lahiriah dengan bathiniah.
jika memerintahkan kebaikan, dialah orang pertama
yang melaksanakannya. Dan jika mencegah kemungkaran, dialah yang pertama
kali menjauhinya.
kedua, komitmen
dengan akhlaq Islami baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Yang pertama kali diperhatikan oleh orang lain
adalah akhlaq, bukan aqidah atau ibadah. Jika seorang da'i menampakkan
akhlaq hasanah kepada orang lain, kesan bahwa Islam itu indah akan dengan
mudah difahami.
ketiga, memperdalam
wawasan keislaman.
Jika ilmu seorang da'i semakin luas. Insya Allah
amaliahnya akan semakin baik. Di samping itu ia menjadi rujukan ummat yang
membutuhkan bimbingan. Keluasan ilmunya membuatnya mendapatkan rasa tsiqah
(percaya) dari mad'unya.
keempat, tidak
meremehkan amal kebajikan sekecil apapun
Sebaliknya tidak mentolerir perbuatan dosa sekecil apapun. Terkadang
dijumpai da'i atau ulama besar yang terpeleset oleh hal-hal kecil yang
dapat meruntuhkan kepercayaan mad'u. Rasulullah bersabda: Janganlah
kamu meremehkan amal yang ma'ruf meski hanya bertemu saudaramu dengan wajah
yang manis. (HR Muslim)
kelima, menyadari dirinya sebagai pewaris
para nabi
Jika kesadaran ini tertanam kuat, ia akan menyelaraskan segala perbuatannya
dengan perilaku Rasulullah saw. Dengan demikian qudwah akan nampak dalam
hidup kesehariannya.
keenam, memahami hakekat da'wah Ilallah
Jika ia mengetahui bahwa qudwah mutlak diperlukan dalam da'wah, ia
akan berupaya memenuhi tuntutan-tuntutannya sekaligus meninggalkan hal-hal
yang "tabu" dalam da'wah.
ketuju, selalu bergaul dengan orang-orang
yang shalih
Shahabat terbaik bagi seorang da'i adalah orang-orang shalih. Dengan
demikian suasana kebaikan akan senantiasa terjaga. Hal ini akan membawa
pengaruh tersendiri bagi mad'u. Lain halnya jika seorang da'i lebih suka
bergaul dengan orang-orang kafir atau yang tidak jelas komitmennya kepada
Islam. Jika tidak ada upaya untuk menda'wahi mereka, keberadaannya di situ
akan lebih membawa kepada fitnah.
kedelapan, berpenampilan bersih
Amat disayangkan jika masih ada da'i yang mengabaikan masalah penampilan
zhahir. Kadang kita jumpai da'i yang tampil lusuh dan tidak berwibawa seperti
baju tidak disetrika, bau badan yang tidak sedap, suka menggulung baju
atau celana panjang dll. Sementara perilaku da'iyyah seperti warna jilbab
lusuh dan tidak enak dipandang, suka berbicara keras atau marah-marah akan
meruntuhkan wibawa da'iyyah di hadapan akhwat. Oleah karena itu setiap
da'i maupun da'iyyah mesti memperhatikan penampilan yang baik tanpa berlebih-lebihan.
Sikap ini akan menimbulkan ketsiqahan di hati mad'u.
kesembilan, selalu mengingat adzab Allah
Dalam hal ini pentingnya untuk selalu mengingat akan adzab dari Allah
swt, dan tentunya untuk da'i yang tidak memiliki qudwah hasanah sangat
ditekankan sekali, mengingat hubungan vertikal dan horizontal semuanya
akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt. Ketika sang da'i menyadari
betul akan hal itu, insya Allah ia akan menjadikan qudwah sebagai pakaian
sehari-harinya.
Da'wah memang membutuhkan persiapan yang berat. Menjadi qudwah amatlah
sulit. Namun dengan melaksanakan sembilan point di atas sembari mengharap
pertolongan Allah swt, seorang da'i akan mampu melakukan tugasnya dengan
benar.
Wallahu A'lam bishshowwab.
|